Oleh: Totok Triyadi, S.Si. *)
Mengawali tahun 2020 dunia dikejutkan dengan munculnya wabah yang sangat menular dan mematikan virus corona. Dimulai dari Wuhan,Cina, dengan cepat corona menjadi wabah secara cepat mengglobal di hampir seluruh negara di dunia. Segala aspek kehidupan menjadi berubah akibat dari wabah yang mengglobal yang selanjutnya disebut pandemi covid19. Tidak terkecuali dunia pendidikan juga terdampak. Hampir sama dengan situasi di negara lain, semua sekolah di Indonesia ditutup untuk jangka waktu yang belum dapat ditentukan. Proses pembelajaran dilaksanakan secara jarak jauh. Pembelajaran berubah drastis, dari semula langsung tatap muka guru-siswa di kelas, menjadi secara jarak jauh via daring dari rumah masing – masing. Sudah pasti hal ini menghambat proses pembelajaran yang sudah direncanakan sebelumnya. Lalu, bagaimana dengan target capaian kurikulum dengan bentuk pembelajaran dalam masa pandemi ini?
Target capaian kurikulum di Masa Pandemi Covid19
Surat Edaran Mendikbud RI mengisyaratkan untuk tidak memaksakan target capaian ketuntasan kurikulum pembelajaran di sekolah. Diawali dengan pencegahan dengan munculnya SE Mendikbud RI No 3 / 2020 tertanggal 9 Maret 2020 tentang Pencegahan Corona Virus Disease (Covid-19) Pada Satuan Pendidikan. Kemudian ditegaskan lagi dengan edaran berikutnya SE Mendikbud RI No 4 / 2020 tertanggal 24 Maret 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran Coronavirus Disease (Covid-19). Di edaran yang terakhir tersirat kebijakan untuk tidak memaksakan capaian ketuntasan kurikulum. Beberapa kebijakan tersebut diantaranya meniadakan Ujian Nasional serta memperbolehkan sekolah yang belum menyelenggarakan Ujian Sekolah untuk tidak menyelenggarakannya. Beberapa kebijakan juga memberikan toleransi kepada sekolah untuk menyesuaikan proses pembelajaran dari rumah.
Belajar dari rumah (BDR)
Baik siswa maupun guru dituntut segera cepat beradaptasi dengan perubahan proses pembelajaran secara jarak jauh ini. Guru harus pandai – pandai menyesuaikan proses pembelajaran yang didesainya. Banyak pilihan dan variasi media pembelajaran jarak jauh, dari menggunakan media sosial sampai menggunakan platform Learning Management System (LMS) yang ada. Masih beruntung jika proses pembelajaran masih dapat dilakukan secara daring. Beberapa daerah dengan keterbatasan sarana dan prasarana dan jauh dari jangkauan internet akan sangat menyulitkan. Menjadi tantangan tersendiri bagi guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran dengan kondisi yang ada.
Tantangan pembelajaran
Tantangan berikutnya adalah bagaimana memilih cara yang tepat supaya pembelajaran jarak jauh dapat dilaksanakan secara optimal. Ada hal yang meringankan beban guru yang tertuang dalam Surat Edaran Mendikbud No 4 / 2020. Dalam surat edaran tersebut, guru diberi kelonggaran agar tidak terbebani untuk menuntaskan seluruh capaian kurikulum. Guru diberi ruang yang sangat luas untuk bereksplorasi memaksimalkan bentuk pembelajaran yang dipilihnya. Guru dapat dengan bebas dan leluasa memilih pembelajaran sesuai dengan kondisi yang ada. Meski demikian, jangan sampai kebebasan ini mengorbankan nasib masa depan siswa. Untuk itu diperlukan langkah – langkah antisipatif terbagi menjadi 3 waktu : jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.
Jangka Pendek
Tidak ada metode pembelajaran yang terbaik dan tidak ada pula metode yang terburuk, begitulah kiranya yang mendasari guru untuk dapat benar – benar menyesuaikan pembelajaran dalam masa pandemi ini. Pedoman utamanya adalah bagaimana siswa dapat memperoleh pengalaman belajar yang mendekati sama dengan kondisi normal. Guru juga diberi kelonggaran dalam memberi umpan balik terhadap tugas yang diberikan kepada siswa. Kebijakan Kemendikbud juga menekankan bahwa pemberian umpan balik oleh guru lebih bersifat kualitatif dan berguna tanpa diharuskan memberi skor/kuantitatif. Sehingga siswa tidak terbebani dengan umpan balik yang diberikan guru. Dalam jangka pendek ini guru lebih banyak berperan secara langsung mengadaptasi proses pembelajaran dalam masa pandemi covid19.
Jangka Menengah
Setelah pandemi covid19 ini usai nantinya, diperlukan langkah perbaikan/remidial teaching untuk menyempurnakan capaian kurikulum. Alternatifnya dengan memprogramkan matrikulasi mengulang materi pembelajaran untuk percepatan mengejar ketertinggalan. Hal ini dapat dicapai dengan dukungan sekolah serta persetujuan dinas pendidikan. Program ini belum dapat ditentukan kapan dimulai karena pandemi covid19 belum dapat diprediksi kapan akan berakhir. Namun demikian sekolah dan dinas pendidikan dapat mulai memikirkan untuk mempersiapkan jangka menengah ini.
Jangka Panjang
Dengan atau tanpa persiapan, bencana dapat terjadi sewaktu – waktu. Selama ini langkah mitigasi bencana lebih ditekankan untuk mengantisipasi bencana alam. Bencana wabah seperti covid19 memang jarang tersentuh. Instansi terkait perlu memikirkan upaya mitigasi manakala proses pembelajaran tidak dapat dilaksanakan secara langsung di sekolah dalam rentang waktu yang cukupa lama. Mungkin saja tidak hanya mitigasi korban jiwa, namun juga bagaimana hak siswa untuk memperoleh pembelajaran tetap dapat diberikan. Dalam jangka panjang, Kemendikbud dan kementerian/instansi terkait perlu membuat SOP dan langkah antisipatif sehingga sekolah tidak gagap ketika dihadapkan pada situasi tidak menentu seperti pandemi covid19 ini.
Simpulan
Dalam masa pandemi covid19 seperti ini, dimaklumi bahwa proses pembelajaran menemui banyak kendala dan kemungkinan tidak memenuhi capaian kurikulum. Meski demikian, pemangu kebijakan pendidikan tetap harus memikirkan masa depan siswa. Upaya yang dilakukan tidak hanya berhenti pada masa pandemi covid19. Setelah pandemi covid19 ini usai nantinya, perlu disiapkan langkah – langkah antisipasi untuk mengejar capaian kurikulum yang mungkin saja tidak tercapai. Sehingga masa depan siswa tetap dapat berlanjut sesuai
*) Penulis: Totok Triyadi, S.Si. – tulisan telah terbit di web Kolom Opini FKIP UMBY
- Guru Matematika di SMAN 1 Seyegan Sleman.
- Pengurus MGMP Matematika SMA Kabupaten Sleman
- Pengurus MGMP Matematika SMA Propinsi DIY
- Pengurus Gerakan Pramuka Kwarcab Sleman.